HARIAN TERKINI - Tasiwan bercerita, putrinya meninggal satu jam usai persalinan karena keracunan air ketuban. Pada Jumat (12/1), tepat 40 hari kepergian putri ketiganya itu.
"Kemungkinan pembongkaran makam tersebut pukul 02.00 atau 03.00 dini hari, kesatu kali diketahui penduduk pukul 04.30 WIB," kata Tasiwan saat didatangi merdeka.com di kediamannya, Jumat (12/1).
Dari informasi warga, ia mendengar semenjak Selasa (9/1) dan Rabu (10/1) kemarin, terdapat orang tak dikenal yang kerap mengunjungi makam putrinya. Orang tersebut datang tiap senja menjelang magrib. Seringkali, orang itu berdiri dengan jarak 5 meter dari makam.
"Masyarakat sini enggak tahu siapa. Sebelumnya ya enggak terdapat yang curiga," ujarnya.
Tasiwan mengasumsikan pembongkaran makam putrinya praktik ilmu hitam. Ia sering mendengar, pembongkaran makam bayi dan pemungutan potongan kain kafan atau tali pocong guna syarat pesugihan, kekebalan atau kesaktian-kesaktian tertentu.
"Di makam putri saya itu, tali pocongnya hilang. Juga kain kafannya dipungut sedikit. Dugaan saya guna ilmu hitam, namun saya inikan orang awam. Hanya mengasumsikan saja," katanya.
Sudiyah, saksi yang kesatu kali memahami pembongkaran makam bayi, mengisahkan saat tersebut tengah jalan-jalan bareng cucunya pukul 5.30 pagi. Ia kaget melihat suasana makam acak-acakan. Seingatnya, saat tersebut tumpukan tanah dan potongan-potongan bambu tercecer salah satu makam, pun ada jejak-jejak kaki.
Menurutnya, sangat barangkali memang pembongkaran makam bayi ini berhubungan praktik ilmu hitam menurut kisah dari mulut ke mulut. Tapi di perkampungan mereka, baru kali ini terjadi peristiwa buat geger soal pembongkaran makam.
"Saya kaget saja. Kalau kejadian semacam ini ya baru ketika ini," katanya.
Sebelumnya permasalahan serupa pun terjadi di TPU Ciputat, Tangerang Selatan. Makam Muhammad Suhendra bin Solahi alias Hendra Capung dirombak oleh MI (34), yang tak lain ialah teman Hendra.
Motif MI nekat merombak makam pendiri perguruan silat itu sebagai kriteria ritual pesugihan. Dia hendak angkutan lazimnya ramai penumpang.
Pelaku sekitar ini bekerja sebagai sopir tembak angkutan kota D10 Ciputat-Pondok Aren. Penghasilannya Rp 30 ribu hingga Rp 60 ribu per hari. Di samping untuk menciptakan ramai angkutan kota yang dia bawa, MI menyatakan perbuatan itu dilaksanakan setelah terdesak kebutuhan untuk kelulusan sekolah sang adik.
"Dia ini nekat menculik karena hendak tarikan angkotnya ramai, sebab selama ini tidak jarang kali sepi," kata Kapolres Tangerang Selatan AKBP Fadli Widiyanto di kantornya, Senin (8/1).
MI kemudian memutar otak supaya setorannya masuk. Ide menculik tali pocong juga muncul. Ide tersebut didapatnya saat mengobrol dengan penumpang angkutan kota dibawanya.
"Ngobrol-ngobrol sama penumpang, katanya nyimpen tali pocong bila mau ramai," ucap MI.
Tak lama berselang Hendra wafat. Pembongkaran makam dilaksanakan pelaku malam harinya sekitar 3,5 jam menggunakan skop dan kayu. Karena sudah nyaris pagi, MI lupa mengurung pulang makam Hendra yang dia bongkar memakai kayu.
Pelaku mengaku merombak dan menculik tali pocong seorang diri. Namun yang terjadi setelahnya, angkotnya tak kunjung ramai, tali pocong tersebut pun dilemparkan pelaku ke kali.
"Setelah curi tali pocong bukanya ramai angkotnya malah malah sepi. Dia kesal, kesudahannya tali pocong tersebut dia buang. Barang bukti ini masih kami cari," kata Kasat Reskrim Polres Tangerang Selatan AKP Alexander di Mapolres Tangsel, Senin
MITOS PESUGIHAN DI BALIK KASUS PENCURIAN TALI POCONG
Reviewed by Unknown
on
January 13, 2018
Rating:
No comments: